Pada tahun ini, indeks basic materials akan menjadi salah satu sektor yang memperoleh keuntungan karena adanya kemungkinan turunnya harga batu bara sehingga menyebabkan penurunan beban biaya produksi perusahaan. Walaupun sejak awal tahun harga batubara meningkat karena adanya ekspor oleh Pemerintah, tetapi harga batubara sudah mencapai all time high nya pada tahun lalu, yang mana hal tersebut mengakibatkan probabilitas koreksi harga semakin meningkat. Selain itu, peraturan pelarangan ekspor seharusnya tidak berlangsung lama karena telah mendapat tekanan dari berbagai pihak sehingga akan berdampak pada penurunan harga secara normal.
Sumber :
Investing.com
Kemudian, terdapat
sentimen positif terkait sektor basic
materials, yaitu adanya pembangunan kawasan industri raksasa
dengan konsep hijau di wilayah Kalimantan Utara. Pembangunan kawasan industri
ini disebut-sebut akan memproduksi beragam produk seperti semikonduktor,
industri alumunium, logam campuran, hingga petrokimia. Dengan
sentimen positif diatas, diharapkan pada tahun ini sektor basic materials dapat
bertumbuh secara pesat dan mampu bersaing dengan sektor-sektor lain.Berikut
rekomendasi penulis terkait emiten yang berhubungan dengan sektor basic materials ditengah fluktuatifnya
harga komoditas mineral, diantaranya sebagai berikut:
Rekomendasi
pertama yaitu PT. Vale Indonesia Tbk (INCO) sebelumnya PT. International Nickel
Indonesia Tbk adalah perusahaan investasi asing dengan lisensi dari Pemerintah
Indonesia untuk mengeksplorasi, menambang, memproses dan memproduksi nikel.
Perusahaan ini merupakan anak perusahaan Vale. Perusahaan mulai beroperasi
secara komersial pada tahun 1978. Sekarang ini saham INCO seharusnya sedang
dalam performa terbaiknya karena per hari ini 12 Januari 2022 harga nikel
sedang mencapai tinggi-tingginya. Selain itu wacana pelarangan
ekspor nickel pig iron (NPI) dan feronikel (FeNi) oleh Pemerintah
seharusnya dapat mendongkrak harga nikel lebih tinggi kedepannya. Jika
peraturan ini ditegakkan tahun ini maka pasokan nikel global pun berkurang
karena Indonesia menyumbang 30% pangsa nikel global dan secara berurutan harga
nikel akan naik.
Sumber :
Investing.com
Selain
ditopang dari harga nikel yang sedang all
time high sejak tahun 2012, INCO dianggap semakin menarik karena mempunyai
jalan masuk ke dalam ekosistem electric
vehicle global, lewat rencana pengembangan fasilitas High Pressure Acid Leach (HPAL) dengan Sumitomo Metal Mining (SMM). Dilihat dari segi keuangan juga INCO
dianggaplebih atraktif karena memiliki neraca dan struktur modal yang kuat,
ditandai dengan posisi kas bersih INCO dengan utang yang rendah.
Sumber : https://id.tradingview.com/
Dari
analisa teknikal yang dilakukan penulis per tanggal 12 Januari 2022 INCO sedang
membentuk pola bearish, bahkan break garis trendlinenya per tanggal 11 Januari 2022. Untungnya berita positif
naiknya harga nikel membuat INCO pullback
keatas dan berada kembali diatas garis trendline.
Dari analisa foreign flow per tanggal
12 Januari 2022 asing mencatatkan net buy
sebesar 23,3 milliar, jumlah yang tidak sedikit dalam waktu satu hari.
Sumber :
https://www.indopremier.com/
Penulis
merekomendasikan buy di harga 4360-4400 cut
loss jika closing harga di bawah
garis trendline. Target take profit pertama di price 4500 dan target kedua di 4700.
Harapan penulis naiknya harga nikel ini membuat bandar serta retail tertarik
untuk masuk dan mengangkat harga saham INCO ini. Karena jika melihat sejarah
ketika batubara mencapai harga tertingginya tahun lalu, saham-saham batubara
pun akan kompak naik. Diharapakan saham nikel rekomendasi penulis ini pun juga
mengalami kesempatan yang sama.
Selanjutnya PT. Krakatau Steel (KRAS) adalah produsen baja di Indonesia. Perusahaan ini telah menambahkan fasilitas produksinya seperti Sponge Iron Plant, Steel Billet Plant, dan Wire Rod Plant, serta fasilitas infrastruktur tenaga listrik dan instalasi pengolahan air, Pelabuhan Khusus Cigading dan sistem telekomunikasi. Industri baja adalah salah satu konsumen nikel terbesar dengan kontribusi sekitar 77%. Jadi, jika harga nikel naik bisa dipastikan industri baja sedang persiapan untuk rekonstruksi kembali setelah pandemi ini. Selain itu kebutuhan baja dianggap akan meningkat tahun ini, mengingat rekonstruksi segala sektor akan dilaksanakan demi pemulihan ekonomi. Dari sektor konstruksi terutama, menyumbang pertumbuhan konsumsi industri baja hingga 78%. Sektor konstruksi yang dimaksud disini seperti pembangunan insfrastruktur jalan, jembatan, bandara, pembangkit listrik, waduk dan pengairan, tambang maupun konstruksi lainnya seperti pembangunan mall, gedung, apartemen serta bangunan lainnya. Jika dilihat dari laporan keuangan perusahaan menunjukkan hasil positif dengan kenaikan keuntungan bersih di kuartal 3 sebesar 27.256.000 USD atau sebesar 390 milliar (asumsi kurs 14.250 per Dollar Amerika Serikat) naik dari kuartal sebelumnya yang hanya mencatatkan keuntungan sebesar 10.381.000 USD atau sekitar 148 milliar (asumsi kurs 14.250 per Dollar Amerika Serikat). Sementara untuk laporan keuangan kuartal 4 belum keluar saat artikel ini ditulis.
Sumber
: https://id.tradingview.com/
Dari
analisa teknikal yang dilakukan penulis per tanggal 12 Januari 2022 KRAS
menunjukkan pola menarik yaitu bullish
divergence. Pola ini mengindikasikan tren melemah dan bersiap untuk reversal atau berbalik. Pola ini
dilihat dari indikator chart dan
MACD, ketika garis trendline keduanya jika digabung membentuk tanda (>).
Penulis merekomendasikan buy di harga
400-402 dan stop loss di harga 390.
Target pertama di harga 440 dengan persentase gain sebesar 10%. Selain itu terdapat gap di range price sekitar 440-448 jadi bagi investor
yang menggunakan strategi gap bisa cicil beli dari sekarang.
DISCLAIMER ON!