IHSG telah mengalami pelemahan semenjak 20 September 2024, yang diakibatkan adanya Outflow asing dari IHSG menuju pasar keuangan China akibat adanya stimulus moneter yang ditetapkan bank sentral China, yaitu PBoC (People’s Bank of China). Paket stimulus moneter tersebut berupa beberapa kebijakan yang dapat meningkatkan gairah perekonomian China, karena dalam setahun terakhir Negeri Tirai Bambu tersebut masih belum mengalami pemulihan ekonomi. Salah satu kebijakan tersebut adalah penurunan suku bunga repo tujuh hari, yang merupakan suku bunga acuan baru, setelah sebelumnya 1,7% menjadi 1,5%. Angka tersebut lebih besar dari yang diperkirakan.
Akibatnya IHSG telah mengalami pelemahan sebesar 5,19%, ditutup pada posisi 7496.09 pada akhir perdagangan minggu pertama bulan Oktober 2024 di tanggal 4 Oktober 2024. Tercatat Net Outflow asing sebesar hingga 10 T telah meninggalkan IHSG dari tanggal 25 September 2024 – 4 Oktober 2024. Tercatat asing Net Sell hingga 7T pada saham BBRI, hal tersebut mengakibatkan penurunan harga saham BBRI dari harga 5400/lembar hingga 4860/lembar, penurunan tersebut hingga 9,8%. Kondisi serupa juga dialami beberapa penggerak IHSG lainnya seperti BBCA, BMRI, BBNI, dan juga BREN.
Tak sampai di situ, gejolak Makroekonomi masih berlanjut. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah akibat saling balas serangan antara Israel dan Iran membuat dunia was – was, namun hal tersebut membuat harga minyak naik, harga minyak mentah acuan Brent Crude menguat ke angka $79 pada 4 Oktober 2024 dari angka $68,41 pada 1 Oktober 2024 yang merupakan respons terhadap serangan balasan Iran kepada Israel. Akibatnya beberapa saham sektor energi menguat seperti MEDC yang mengalami kenaikan signifikan sebesar 7% dari tanggal 2 Oktober 2024.
Lalu dengan kondisi Makroekonomi yang sedemikian rupa, saham apa saja yang berpotensi diuntungkan?
1. PGAS (Perusahaan Gas Negara Tbk.)
PGAS sendiri pada akhir perdagangan tanggal 4 Oktober 2024 mengalami volume breakout menguat ke harga Rp1.500. PGAS sendiri saat ini masih berada di area support nya di kisaran Rp1.430 - Rp1.450.
Dapat mempertimbangkan Buy on Support di kisaran Rp1.460 – Rp1.470 dengan target resistance terdekat di Rp1.530 – Rp1.565. Target kedua berada di Rp1.640 – Rp1.665, serta terdapat juga gap pada harga Rp1.655 -Rp1.665 yang dapat menjadi katalis kenaikan harga. Namun terdapat juga risiko PGAS akan turun lagi ke area Rp1.390 sebagai support terkuat saat ini, selalu gunakan stoploss dalam setiap posisi.
Analisis ini juga diperkuat dengan indikator MACD yang terkonfirmasi Golden Cross dan Stochastic RSI yang juga terkonfirmasi Golden Cross pada area netral.
ADMR (Adaro Minerals Indonesia Tbk.)
ADMR pada timeframe weekly terkonfirmasi telah break dari trend sideways nya selama 1 tahun lebih, dengan resistance di angka Rp1.500 yang telah dijebol menjadi sinyal konfirmasi kuat pematahan trend. Support terdekat di area Rp1.480 – Rp1.500 yang merupakan area best buy saat ini.
Target terdekat berada di angka psikologis pasar di harga Rp1.600 dengan resistance kuat di harga Rp1.565 – Rp1.575, jika berhasil bertahan di kisaran harga tersebut maka menjadi sinyal kuat pelanjutan trend dengan target Rp1.625 – Rp1.680 yang merupakan support sebelumnya, Namun pertimbangkan memasang stoploss pada area support, yaitu Rp1.480 – Rp1.450, dengan Risk/Reward Ratio 2.13.
Hal
tersebut sangat mungkin karena ditunjukkan bahwa volume pembelian sangatlah
masif selama beberapa minggu terakhir, disertai adanya konfirmasi golden cross
pada MACD.